Mengapa Harga Properti Tak Pernah Turun
Bukan rahasia umum lagi jika harga properti selalu naik tiap tahun (bahkan per tiga bulan), meski kondisi perekonomian suatu negara tengah kurang stabil. Inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan para investor dan spekulan untuk terjun ke bisnis properti.
Alasan lainnya, keuntungan yang didapatkan dari sektor bisnis ini juga berganda, dari kenaikan harga tanah atau capital gain dan kenaikan harga penggunaan atau sewa pertahun (rental yield).
Namun di tengah optimisme pasar properti yang diperkirakan reborn pada tahun depan, seperti dikutip dari Rumah.Com, terungkap beberapa penyebab yang patut dipertimbangkan kenapa investasi properti lebih menjanjikan ‘cuan’ dibanding unit investasi lain.
Suplai Tanah Tak Pernah Meningkat
Kebutuhan terhadap tempat tinggal terus bertambah dari tahun ke tahun. Namun, pasokan tanah di muka bumi tidak bertambah, bahkan berkurang. Oleh karena itu, sesuai hukum supply and demand, situasi tersebut membuat kenaikan kebutuhan dan harga-harga properti dari tahun ke tahun.
Bertambahnya Jumlah Penduduk
Jumlah populasi manusia di bumi yang terus membengkak dan tidak dibarengi dengan perluasan tanah membuat harga properti terus naik dari tahun ke tahun. Begitu juga populasi di kota-kota besar di Indonesia.
Inflasi dan Efek Infrastruktur
Dikutip Rumah.com, setiap tahun terjadi inflasi. Meski presentasenya berbeda-beda tetapi memengaruhi sektor-sektor lain seperti tingkat suku bunga, percepatan kredit pinjaman, harga bahan bakar, harga-harga kebutuhan pokok, tak terkecuali harga properti.
Di kawasan Soreang, Bandung, harga properti juga terkerek naik akibat hadirnya infrastruktur baru. Peningkatannya mencapai 15-20% per tahun. Saat ini, harga tanah di Katapang dan Soreang sudah berada di kisaran Rp2 juta – Rp3 juta per meter persegi tergantung lokasinya.
Seperti contoh harga rumah di Taman kopo , saat pertama kali diperkenalkan pada Februari 2015, unit tipe 40 di klaster ini dijual dengan harga Rp279 juta. Pada Juni 2017, harga berubah drastis menjadi Rp723 juta atau naik sebesar Rp444 juta.
Artinya dalam waktu dua tahun, dari semenjak proyek tol dikerjakan hingga rampung, kenaikan harga rumah di sekitar Tol Soroja mampu meningkat nyaris dua kali lipat.
Kenaikan Harga Material
Seperti harga-harga kebutuhan lain, inflasi juga turut menaikkan harga bahan-bahan dasar bangunan setiap tahun.
Mulai dari harga pasir, semen, batu bata, kayu, cat, dan lain-lain. Akumulasi kenaikan harga-harga bahan dasar bangunan itu ikut menaikkan harga properti setiap tahun.
Berdasarkan hasil survei harga properti primer triwulan III-2017 yang dirilis Bank Indonesia (BI), pertumbuhan harga properti residensial tercatat sebesar 3,32% (yoy), lebih tinggi dibanding 3,17% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Kenaikan harga bahan bangunan (32,95%) dan kenaikan upah pekerja (17,69%) masih jadi faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial seperti apartemen dan rumah tapak.
Pertumbuhan kelas menengah
Setiap negara sedang giat membangun. Hasil dari pembangunan itu adalah meningkatnya jumlah kelas menengah. Mereka dicirikan selain rata-rata mempunyai pendidikan yang baik, juga mempunyai penghasilan yang stabil.
Jika mereka membentuk ikatan rumah tangga, terbentuk dua orang suami-istri yang masing-masing memiliki pendapatan stabil. Mereka inilah pasar paling potensial investasi properti. Seperti memanfaatkan turunnya suku bunga dan tumbuhnya properti-properti baru yang kian menarik.
Semakin meningkat jumlah kelas menengah seperti generasi milenial, utamanya di perkotaan, sudah tentu juga akan meningkatkan kebutuhan properti.
Properti dinilai sebagai satu-satunya instrumen investasi paling fleksibel, menguntungkan, dan minim risiko.Selama ini Anda tentu sering menemukan informasi yang menyebutkan untungnya investasi di bidang properti. Pertanyaannya: Mengapa investasi di bidang properti lebih menguntungkan? Karena properti dinilai sebagai satu-satunya instrumen investasi paling fleksibel, menguntungkan, dan minim risiko.
Karena itulah banyak investor yang memilih berinvestasi di bidang properti ketimbang jenis investasi lainnya seperti emas, saham, atau obligasi. Dan untuk mengelolanya secara maksimal, para pelaku bisnis properti sudah pasti dituntut untuk menguasai tren dan strategi tersendiri.
Pasalnya, properti merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan kelihaian dalam menentukan lokasi, waktu, dan pembiayaan yang tepat. Dan mengandalkan dana besar saja tak cukup untuk sebagai bekal berinvestasi di bidang properti.
Nilai Investasi Selalu Naik
Apakah Anda pernah mendengar harga tanah atau kavling turun? Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia dan beberapa negara lain di tahun 1997, nilai properti ketika dijual pun masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga pembelian pertama. Bahkan setelah krisis mereda, nilai jual properti langsung melonjak drastis.
Kesimpulannya, meski kondisi ekonomi sedang terpuruk sekalipun, kenaikan harga properti akan selalu lebih tinggi daripada tingkat inflasti. Catat!
Tidak Harus Membayar Semuanya
Berbeda dengan bisnis lainnya bisnis properti tidak harus membayar semuanya, Sebagai contoh, Anda ingin membeli properti senilai Rp200 juta. Lantas, apakah Anda harus mempunyai dana sebesar harga properti tersebut? Jawabannya, tentu tidak. Anda hanya cukup menyediakan dana awal sebesar 20% (ketentuan uang muka minimal saat ini), dan sisanya bisa dibayarkan kepada bank dengan sistem Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Atau bahkan dengan cara dan strategi tertentu, Anda dapat menggunakan dana dari pihak lain untuk membayar DP.
Itulah beberapa penjelasan Mengapa Harga Properti Tak Pernah Turun
Terimah kasih, Semoga bermanfaat...!
Komentar
Posting Komentar